Bahaya Riya'
Pernahkah kamu merasa puas setelah berbuat baik, namun diiringi keinginan agar kebaikanmu terlihat oleh orang lain? Atau, merasa senang dipuji atas amal ibadahmu? Jika iya, mungkin kamu perlu waspada. Itu bisa jadi tanda-tanda riya, penyakit hati yang berbahaya dan bisa mematikan pahala.
Riya, dalam bahasa sederhana, adalah niat beramal karena ingin dilihat dan dipuji manusia. Seakan-akan, sorotan mata manusia lebih penting daripada ridho Allah SWT. Padahal, amal ibadah yang ikhlas, hanya mengharap ridho Allah, adalah kunci utama diterimanya amal tersebut. Bayangkan, seberapa besar usaha dan pengorbanan yang telah kita lakukan, namun pahalanya sirna hanya karena terkontaminasi riya. Sungguh kerugian yang tak terkira!
Tidak hanya ibadah besar seperti sholat, puasa, tilawah, atau haji, riya juga bisa muncul dalam hal-hal kecil. Sedekah yang diumbar di media sosial, kebaikan yang sengaja ditunjukkan kepada orang lain, atau bahkan senyum yang dipaksakan demi mendapatkan pujian—semuanya bisa ternodai oleh riya.
Lalu, bagaimana cara menghindari riya? Kuncinya adalah ikhlas. Latihlah hati kita untuk selalu berorientasi pada Allah SWT. Ingatlah selalu bahwa amal ibadah kita semata-mata untuk-Nya, bukan untuk manusia. Jangan sampai kita terjebak dalam jebakan pujian dan sanjungan duniawi. Berbuat baiklah secara diam-diam, dan serahkan hasilnya kepada Allah SWT.
Selain itu, kita juga perlu meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Dengan keimanan yang kuat, kita akan lebih mudah melawan godaan riya dan menjaga keikhlasan dalam beramal. Selalu berdoa memohon perlindungan Allah SWT dari sifat tercela ini juga sangat penting.
Riya adalah racun yang perlahan-lahan menggerogoti pahala kita. Marilah kita sama-sama berjuang untuk membersihkan hati kita dari penyakit ini, agar amal ibadah kita diterima di sisi Allah SWT dan mendapatkan pahala yang berlimpah. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita dari sifat riya dan membimbing kita menuju jalan yang diridhoi-Nya. Amin. #cu