Kenangan di Pantai Biru
Alya duduk di tepi pantai, membiarkan pasir hangat menyentuh kakinya. Angin membawa aroma asin laut, menyapu lembut wajahnya. Ombak datang dan pergi, seolah berbisik sesuatu yang hanya bisa didengar oleh hati yang tenang
Pantai itu adalah tempat kenangan masa kecilnya. Dulu, ia sering bermain bersama kakeknya di sini, membangun istana pasir atau memunguti kerang-kerang kecil yang terdampar. Tapi kini, pantai itu terasa sepi. Kakeknya telah tiada, dan Alya merasa seperti ombak yang kehilangan pantai.
Saat ia termenung, matanya menangkap sesuatu yang bergerak di kejauhan. Seorang bocah kecil sedang mencoba menangkap kepiting dengan ember plastik merah. Anak itu tertawa riang setiap kali kepiting kecil itu melarikan diri. Alya tersenyum tipis, mengingat dirinya yang dulu.
Ia bangkit dan mendekati anak itu. "Butuh bantuan?" tanyanya.
Anak itu mengangguk. Bersama-sama, mereka menggali pasir dan akhirnya berhasil menangkap satu kepiting kecil. Bocah itu melompat kegirangan. "Aku mau kasih nama dia Kribo!" serunya.
Alya tertawa. "Kribo harus dilepas kembali, ya. Dia punya rumah di sini," katanya lembut. Bocah itu menatap Alya sejenak, lalu dengan enggan melepaskan kepiting itu ke laut.
Ketika matahari mulai tenggelam, Alya merasakan sesuatu yang berbeda. Pantai yang tadinya terasa kosong kini penuh dengan kehidupan kecil yang hangat. Ombak seolah berbisik lagi, mengingatkan bahwa kehidupan selalu menemukan cara untuk memberikan harapan.