Pembentukan karakter pada anak
Keluarga pada hakikatnya merupakan wadah pembentukan karakter masing-masing anggotanya, terutama anak-anak yang masih berada dalam bimbingan dan tanggung jawab orang tua. Bagaimana sebuah keluarga memperlakukan anak-anaknya akan berdampak pada perkembangan perilaku anak-anaknya. Yang paling memprihatinkan, degradasi moral ini telah menyentuh ranah pendidikan, baik di sekolah secara langsung, maupun dinas pendidikan.
Di dalam institusi yang lebih kecil, yaitu keluarga, banyak orang tua dan anggota keluarga lain yang mengeluhkan perilaku-perilaku menyimpang yang dilakukan oleh anak-anak.
Mendidik dan mengajarkan anak tidak hanya berpaku pada materi pendidikan secara formal, seperti membaca, menulis, atau berhitung.
Namun, juga perlu diiringi dengan pendidikan karakter sehingga kecerdasaan anak diiringi dengan pribadi yang baik. Jika biasanya pendidikan formal bisa diperoleh melalui sekolah, pendidikan karakter ini biasanya perlu diberikan baik dari guru maupun orang tua.
Pendidikan karakter pada anak merupakan proses pembentukan karakter yang memberikan dampak positif terhadap perkembangan emosional, spiritual, dan kepribadian.
Pendidikan karakter mencerminkan perilaku dan nilai-nilai baik yang dianut anak. Nilai-nilai tersebut meliputi sifat religius, jujur dalam perkataan maupun perbuatan, toleransi terhadap perbedaan, disiplin, taat, dan disiplin pada peraturan. Selain itu, karakter pendidikan juga mencakup kreatif, mandiri, ramah, peduli lingkungan serta sosial, dan inovatif.
Nilai-nilai pendidikan karakter pada anak ini berguna untuk mengembangkan potensi baik untuk diri sendiri maupun kehidupan di lingkungan sekitar. Nilai-nilai baik dalam karakter ini tidak hanya diperoleh melalui didikan orang tua saja, tetapi juga peran guru di sekolah. Selain itu, juga dapat diperoleh dari beragam aktivitas yang positif, seperti musik, olahraga, dan lain-lain.
Pendidikan mempunyai karakter makna lebih tinggi dari moral pendidikan karena bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, tetapi membantu anak-anak merasakan nilai-nilai yang baik, mau dan mampu melakukannya. Pembentukan karakter pribadi anak sebaiknya dimulai dalam keluarga karena interaksi pertama anak terjadi dalam lingkungan keluarga.
Pendidikan karakter sebaiknya diterapkan sejak anak usia dini karena pada usia dini karena sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya.
Pendidikan karakter pada anak usia dini dapat mengantarkan anak pada kematangan dalam mengolah emosi. Kecerdasan emosi sangat penting dalam mempersiapkan anak usia dini dalam menyambut masa depan yang penuh dengan tantangan, baik secara akademis maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Di sisi lain, anak-anak mengadukan minimnya waktu orang tua bersama mereka karena sibuk bekerja. Hasilnya adalah banyaknya jumlah keluarga yang hidup tanpa dukungan keluarga di persahabatan maupun sahabat-sahabat seumur hidup.
Padahal kenyataannya, ketika orang tua bekerja (berprofesi sebagai pegawai atau karyawan) di luar jam standar (bekerja malam dan atau di akhir pekan), mereka menyatakan tekanan emosi yang lebih besar dan pengasuhan yang kurang efektif dibandingkan orang tua yang bekerja dengan standar waktu.
Dari pernyataan tersebut, dijelaskan bahwa keluarga adalah sekolah pertama kesejahteraan, dalam keluarga kita belajar tentang cinta, komitmen, pengorbanan, dan meyakini sesuatu yang lebih besar daripada diri kita sendiri. Keluarga adalah peletak dasar pendidikan moral. Sayangnya, tidak semua orang menyadari peran tersebut.
Cara orang tua mendidik anak akan sangat berpengaruh dalam perkembangan anak baik secara emosional, intelektual, maupun spiritual. Sayangnya, tidak semua keluarga, dalam hal ini orang tua menyadari peran besarnya dalam perkembangan karakter anak-anaknya.
Iklim positif keluarga pada masa anak-anak adalah alat dalam meningkatkan perilaku kreatif dan produktif pada masa dewasa. Iklim keluarga baik positif maupun negatif menjadi pengalaman hidup yang berharga bagi anak.
Pedoman moral seseorang itu dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari keluarga, keyakinan, dan persahabatan dengan pengalaman-pengalamannya sendiri, misalnya bekerja keras, menderita, dan kesenangan.