Sucikan hati, Bersihkan Jiwa

Sejak dahulu kala semua orang yang berakal, berpendidikan dan berbudaya mendambakan pensucian jiwa dan perbaikan hati. Mereka menempuh berbagai cara, menerapkan metode-metode dan beberapa menit jalan untuk menggapai cita-cita tersebut. Namun ada di antara mereka yang justru menyiksa diri sendiri dengan melakukan perkara-perkara yang melelahkan dan menyakitkan karena tidak sesuai syariat. Akibatnya, perbuatan-perbuatan ini menyeret dan menenggelamkan mereka ke dalam syahwat, kelezatan dunia, menzalimi jiwa, dan menyibukkan diri dengan metode-metode, pemikiran-pemikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan, dan tidak sesuai dengan akal sehat.

Namun, orang yang bisa mengukur secara adil, dan bisa menilai perkara-perkara dengan bijak, dia tidak akan segan untuk menyatakan bahwa kebahagiaan hakiki yang menjadikan kehidupan semakin bermakna, yang bisa menenangkan hati, dan mensucikan diri telah dijelaskan cara dan metodenya oleh al-Qur'an dan Sunnah dengan sangat jelas, terperinci namun tetap simpel dan padat serta dijamin mampu menghantarkan kepada kebahagiaan yang hakiki.

Allâh Azza wa Jalla mengutus para rasul dan kemewahanyukan kitab-kitab untuk menunjukkan kepada manusia bagaimana metode menyucikan jiwa dan memperbaiki hati. Realisasi hsl ini adalah dengan mentauhidkan Allâh, yaitu beribadah kepada Allah dengan ikhlas dan ini merupakan hikmah penciptaan makhluk.

Tauhid mempunyai pengaruh yang sangat signifikan dalam menyucikan jiwa dan membenahi hati seorang muslim. Tauhid mampu menyatukan tujuan dan maksud, serta menyelaraskan antara ilmu dengan amal. Sehingga pemahaman, akidah, amalan, kehendak, kecenderungan, dan kegiatan seorang muslim berjalan menuju satu arah dan serasi, tidak ada kontradiksi. Dengan demikian, beban kehidupan dapat hilang dari pundak seseorang, akibat dari persilangan antara tujuan dan perbuatan.

Diantara yang bisa menyucikan jiwa dan memperbaiki hati adalah perbaharuan terhadap keimanan secara berkesinambungan.

Iman itu perlu diperbarui karena dia dapat subur seperti pakaian. Dzikrullâh, membaca al-Qur'an, melakukan ketaatan adalah cara ampuh untuk memperbarui iman yang bersemayam dalam jiwa seorang Mukmin. Karena iman itu bisa bertambah karena perbuatan yang ditaati dan berkurang karena kemaksiatan. Dalam usaha meningkatkan keimanan seorang Mukmin mestinya benar-benar bersandar kepada Allah sehingga akan menghasilkan buah yang penuh barakah yaitu kesucian jiwa.

Termasuk jalan untuk menyucikan jiwa dan memperbaiki hati adalah selalu mengingat-ingat nikmat-nikmat yang Allâh Azza wa Jalla berikan kepada kita. Nikmat-nikmat itu terlampau banyak sehingga terhitung.

Orang yang selalu mengingat nikmat-nikmat ini akan menyadari ketergantungannya kepada Allâh Azza wa Jalla , sehingga dia akan fokus pada diri dalam beribadah dengan khusyu'. Bagaimana tidak?! Semua yang dia rasakan saat ini seperti hidup, sehat, harta, anak, terhormat dan lain-lainnya adalah pemberian dari Allâh Azza wa Jalla . Allâh memberikannya dengan cara dan dalam waktu yang Allâh Azza wa Jalla pilih, bisa saja pemberiaan ini diambil setiap saat, tanpa ada yang mampu menghalangi-Nya.

Kesadaran akan menghadirkan Allâh Azza wa Jalla yang melimpah ini bisa mendorong seorang hamba untuk menyadari kelemahan dirinya dan menyadari betapa ia sangat membutuhkan kepada Rabbnya dalam semua urusan. Namun, mengingat kenikmatan harus dilepaskan dengan amalan yang diridhai dan dicintai oleh Allâh Azza wa Jalla sehingga bernilai pada hari Kiamat. Realisasinya yaitu dengan mengerjakan kebaikan-kebaikan dan meninggalkan kemungkaran-kemungkaran, dengan tetap mengutamakan amalan-amalan fardhu, karena amalan fardhu merupakan amalan yang paling bisa mendekati seorang hamba kepada Allâh Azza wa Jalla.

Diantara yang dapat menyucikan jiwa adalah melakukan amalan-amalan hati.

Hati ibarat raja bagi anggota badan, jika hati itu baik maka semua anggota badan akan baik dan apabila hati rusak maka semua anggota badan ikut rusak.

Termasuk perbuatan hati yang paling penting dan paling agung adalah niat dan tujuan seseorang dalam beramal. Niat ini memiliki peran penting dalam menerima masalah atau tertolaknya amal seorang Muslim. Oleh karena itu hendaknya kita senantiasa bertakwa kepada Allâh Azza wa Jalla dan memohon kepada Allâh Azza wa Jalla agar kita dijadikan termasuk orang-orang yang ikhlas dalam beramal.

Sarana berikutnya yang bisa menyucikan jiwa dan membenahi hati seorang muslim adalah bertaubat dari semua dosa. Karena tidak ada manusiapun yang luput dari dosa.

Sungguh Allâh mencintai orang-orang yang bertaubat. Seandainya taubat itu bukan amalan yang paling dicintai Allah, tentu Allah tidak menguji manusia yang paling mulia dengan dosa. (Namun) karena Allah mencintai taubat hamba-Nya maka Allah menguji hamba tersebut dengan dosa.